Di jaman yang hampir semua hal diukur dengan materi, kerja ikhlas
menjadi hal yanglangka. Pelakunya pun kerap disebut orang aneh, orang
antik atau orang yang melakukan hal bodoh. Kebanyakan orang di jaman ini
memang bekerja dengan "tulus" tetapi tidak ikhlas! "
Lho, apa bedanya Pak?", tanya para mahasiswa yang mengikuti kuliah atau
seminar saya. Saya sering menjawab,"Tulus adalah singkatan dari
TUjuannya fuLUS". Jadi bekerja karena motivasinya adalah untuk
mendapatkan uang. Jika mendapatkan uang banyak maka bekerja keras dengan
sangat baik, tetapi jika mendapat uangnya sedikit maka kerjanya asal
saja.
Sebuah kisah nyata yang diceritakan oleh seorang teman saya terjadi di
Bandung beberapa waktu yang lalu. Kisah nyata ini dapat dijadikan suatu
bahan renungan tentang keihklasan hati dalam bekerja.Seorang mahasiswa
yang baru lulus menjadi sarjana kedokteran di sebuah perguruan tinggi
negeri terkenal di Bandung memilih untuk bekerja menjadi asisten
laboratorium di almamaternya. Penghasilan yang diterimanya sebagai
asisten lab sangatlah kecil, bahkan tidak mencukupi walau pun hanya
untuk membayar biaya transportasi ke kampusnya. Tetapi dia mencintai
pekerjaan menjadi asisten dan melakukannya dengan ikhlas karena memang
mencintai pekerjaan mengajar.
Banyak orang yang mengatakan bahwa dia bodoh karena memilih bekerja
menjadi asisten lab. Padahal sebagai sarjana kedokteran dari universitas
negeri terkenal, dia memiliki peluang besar untuk bekerja di perusahaan
swasta yang memberikan penghasilan berpuluh-puluh kali lebih
besar.Walau orang tuanya pun mendesaknya untuk mencari pekerjaan lain,
dia tetap memilih membantu almamaternya menjadi asisten lab. Semua hal
itu dilakukan dengan hati yang ikhlas. "Pekerjaan ini membahagiakan hati
saya", katanya. Suatu saat datanglah seorang profesor dari Jepang
berkunjung ke universitas tersebut. Karena semua dosen sedang sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing, maka ditugaskanlah asisten lab
tersebut untuk menemani dan membantu sang profesor selama berada di
Bandung.
Asisten tersebut bisa saja menolaknya karena hal itu bukanlah tugasnya
sebagai asisten lab. Dia tidak dibayar untuk hal itu. Tetapi dia memilih
untuk tetap menerima tugas itu dengan hati yang ikhlas dan berusaha
membantu sebisanya tanpa mengeluh.Walau pun sama sekali tidak bisa
berbahasa Jepang, dia berusaha sebaik mungkin membantu sang profesor.
Mengantarnya mencari makanan untuk makan siang dan makan malam,
berbelanja oleh-oleh Bandung, berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu, dan
tempat-tempat wisata lainnya. Dia selalu mengantar ke mana pun sang
profesor ingin pergi dengan tersenyum. Setiap hari dia menjemput sang
profesor dan mengantarkannya kembali ke hotel tempat sang profesor
menginap. Sampai saatnya profesor itu kembali ke Jepang, sang profesor
memberikan jam tangannya kepada asisten lab tersebut sebagai tanda
terima kasih. Hati sang Profesor sangat tersentuh dengan keramahan dan
keikhlasan hati asisten lab yang telah membantunya selama berada di
Bandung.
Beberapa tahun kemudian, sang profesor telah terlupakan dalam ingatan
asisten lab tersebut. Dan dia masih bekerja masih bekerja ikhlas sebagai
asisten di universitas tersebut. Hingga datanglah sebuah kesempatan
beasiswa belajar kedokteran sampai jenjang S-3 dari sebuah universitas
di Jepang bagi akademisi di universitas negeri di Bandung
tersebut.Dosen-dosen yang lebih senior segera mengirimkan aplikasi
permohonan beasiswa ke universitas di Jepang tersebut.
Tetapi ternyata oleh universitas di Jepang yang memberi beasiswa
tersebut semuanya ditolak! Ternyata sang Profesor di universitas Jepang
itu yang menolaknya. "Saya hanya mau menerima dan merekomendasikan anak
muda yang dulu pernah antar-antar saya selama saya di Bandung!", katanya
dengan tegas. Akhirnya sang asisten lah yang mendapatkan kesempatan
untuk meneruskan kuliah dengan beasiswa di Jepang. Dia melampaui
dosen-dosennya yang lebih senior untuk mendapat kesempatan kuliah lebih
tinggi.
Kabar terakhir yang saya terima, saat ini dia masih sedang menyelesaikan
kuliah S-3 kedokterannya di Jepang. Dari kisah nyata itu saya
berkesimpulan bahwa kerja ikhlas bukanlah kerja bodoh, melainkan kerja
yang sangat pintar!Walau pun dengan bekerja ikhlas kita tidak
dipedulikan atasan kita, orang disekitar kita, atau tidak dipedulikan
orang lain... tetaplah bekerja dengan x-tra kerja ikhlas! Faktor X ke
tiga dalam fondasi kesuksesan seseorang, seperti yang saya jelaskan pada
buku unik bestseller " 8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit : Rahasia
Dahsyat Meraih Impian". Ingatlah! Bahwa walau pun semua orang di dunia
tidak peduli dan menutup mata terhadap apa pun keikhlasan yang kita
perbuat, tetapi Tuhan akan selalu peduli dan tidak akan menutup mata Nya
kepada keikhlasan hati kita.
Di saat yang TEPAT Dia akan memanggil malaikat Nya, "Kat, Kat,
malaikat...kasih BERKAT untuk orang yang ikhlas itu". Mengenai Faktor X
ke tiga dari fondasi kesuksesan, yaitu x-tra Kerja Ikhlas, anda dapat
membacanya lebih lengkap di buku "8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit".
"Buku Ajaib" yang dapat mengubah hati banyak orang, demikian komentar banyak orang yang telah membacanya.
[Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor, Entrepreneur,
Inspirator, Motivator, Software Engineer & Information Technology
Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller "8 Langkah Ajaib
Menuju ke Langit"]Penulis bisa dihubungi melalui email
victorasih@yahoo.co.id atau kunjungi websitenya www.usbschool.com atau
blog usbschool.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar